Berawal dari rasa lapar, di tudung saji hanya ada sepiring sisa nasi dari beras merah, 3 ekor ikan asin goreng dan semangkok sayur katuk yang sudah dingin, perpaduan yang tidak biasa untuk menu makanan sehari-hari, apalagi bagi pemakan nasi putih sepertiku. Tapi kemudian rasa lapar mengalahkan pikiranku, sisi lain dari rasa lapar berkata sepertinya menu tersebut cukup nikmat. Mulailah kusendokan nasi, kutuang sayur dan kuambil ikan asin, sedikit demi sedikit mulai kukunyah dan entah malaikat mana yang tumben merasukiku, setiap kunyahan terasa sangat amat nikmat, tak henti-hentinya hati kecil ini secara ajaib selalu berujar Subhanallah nikmat sekali, Alhamdulillah hari ini bisa makan senikmat ini atau lalu belum tentu orang lain disana bisa makan senikmat ini atau puji syukur memiliki tante yang super sibuk tapi tetap mau memasak untuk keluarganya, ada pula yang berujar beruntung sekali sudah makan nikmat, menunya sehat pula dan bahkan pikiran konyol yang berujar mungkin efek ikan asin yang menimbulkan rasa nikmat, tapi yang pastinya dari tadi tak henti-hentinya hatiku merasa syukur yang berlebih atas beras merah dan nikmatnya ini. Allah Maha Baik ujar kata hatiku mantap.
Selagi makan terdengar suara anak-anak tetangga yang masih bernyanyi riang walaupun sudah pukul 19.00 malam, suara yang sangat dekat, satu-satu aku sayang ibu berlanjut ke bintang kecil di langit yang biru hingga balonku ada lima, biasanya suara-suara tersebut terdengar berisik untuk telingaku tapi entah kenapa sang telinga lebih memilih untuk diam dan mendengarkan, ia sadar bahwa sudah beberapa rentang waktu ia lewati meninggalkan suara-suara keceriaan macam itu, lagi-lagi hal sederhana tersebut menyampaikan rasa syukur pada hatiku, hingga ia kembali berujar Alhamdulillah... Terimakasih lagi Tuhan. Terimakasih atas nikmat beras merah yang Kau berikan padaku ini.