Senin, 11 Agustus 2014

Hujan dan Kerinduan


Sore ini hujan tiba dengan derasnya, membuatku sesaat menahan waktu kepulangan kerja, sebuah kelalaian tak membawa payung karena menyangka musim panas telah tiba. Tak lama hujan pun akhirnya sedikit mereda, aku beranjak pulang dengan menebeng teman sekantor hingga jalur angkutan umum terdekat. Hari ini adalah senin, maka sebuah hujan dan kemacetan adalah serangkaian yang sempurna. Hingga hampir setengah jam kunanti angkutanku tak kunjung lewat, mungkin karena antrian kendaraan di jalanan depanku tak kunjung bergerak, sedangkan aku sudah mulai basah karena masih menanti dipinggir jalan, kutengok kiri kanan tak ada tempat yang cukup strategis untuk menanti angkutan sambil berteduh, akhirnya kulanjutkan menanti sambil merasakan guyuran hujan yang mulai deras kembali. Kehujanan dan sendirian, sepertinya angan tak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk menyeretku ke masa lalu sehingga bermunculan berbagai memori yang kulewati bersama hujan. 

Kenangan pertama yang muncul adalah hutan dan gunung. Aku pernah beberapa kali menyusuri hutan, mendaki gunung bersama hujan. Hujan rintik, deras, berangin bahkan badai. Merasakan kedinginan yang amat sangat, jarak pandang yang sangat dekat karena kabut dan gelap malam, sebuah perasaan putus asa bercampur dengan pasrah sekaligus. Tapi juga perasaan damai dan ketenangan yang aneh saat tercium harum tanah, pohon dan rerumputan basah bagai sebuah aroma teraphy. Sensasi perasaan yang luar biasa, yang tak akan dimengerti oleh mereka yang tak pernah mengalami. Anganku terhenti karena angkutan yang kutunggu akhirnya lewat. Kunaiki angkutan tersebut, dalam hati aku tahu bahwa perjalanan pulang ini akan panjang karena macet ini tetap menemani. Hujan kembali menyeretku ke memori-memori masa lalu yang pernah kulewati dengannya. Hujan juga hadir mengiringi disaat kujatuhkan pilihan hatiku pada seorang pria, dan sebuah keanehan atau kebetulan mungkin, hujan seringkali menemani beberapa perjalananku dengan pria itu. Seolah hujan ingin menjadi saksi perjalanan asmara kami. Hujan pun pernah hadir menemani hariku dengan teman-teman terbaik. Sebuah masa remaja, sore yang senja dan hujan menampakan dirinya, kami serta merta menyambut hujan dengan bahagia, bersalip-salipan diatas motor, tertawa seakan esok akan selalu ada. Bahkan hujan sudah mengiriku saat pertama kali aku hadir menyapa dunia.
Aku rasa hujan adalah sebuah kerinduan bagiku. Kustop angkutanku, aku turun dan bergegas lari kerumah dengan hujan masih menemaniku.

Senin, 21 Juli 2014

Tetap Cantik dan Segar di Bulan Ramadhan



Berpuasa menahan lapar dan dahaga di bulan Ramadhan memang dapat menyebabkan lemas, lesu sehingga wajahpun terkadang terlihat kuyu dan tak sesegar biasanya apalagi jika aktifitas selalu padat setiap harinya, bahkan bertambah jadwal untuk buka puasa bersama ataupun sahur bersama. Agar selalu terlihat bugar dan memiliki wajah yang segar ada beberapa hal yang aku coba lakukan, seperti berbuka dengan makanan yang cukup dan tidak berlebihan, banyak minum air putih dari waktu berbuka sampai sahur, mengkonsusmi buah-buahan serta sayur dan juga tentunya menggunakan make up yang sesuai disaat beraktifitas. Aku gunakan wardah beauty yang merupakan Kosmetik Halal sehingga aman digunakan bahkan disaat berpuasa sekalipun, ini sudah terbukti dari bahan-bahannya dan sudah diakui pula di MU


Rangkaian Kosmetik Wardah
Untuk pemakaian make up ke kantor setiap harinya aku suka tampilan yang soft, jadi aku cukup menggunakan pelembab Wardah Lightening Day Cream step 1 sebagai pelembab sekaligus alas bedak, tapi kalau ingin hasil tahan lebih lama bisa juga menggunakan foundation wardah yang liqud atau yang creamy, setelah itu baru aku usapkan bedak wardah yang seri Lightening Two Way Cake warna golden beige, satu tingkat di atas warna kulitku agar wajahku terlihat lebih cerah, kemudian aku oleskan Lipstik Wardah Matte no 17, tektsturnya memang agak kering dan tidak shiny tapi akan membuat warna bibir terlihat merah alami, dan terakhir sedikit blush on agar pipi terlihat merona, untuk blush on aku gunakan Wardah Blush On seri C, satu kotak dua warna blush on, selain irit bentuknya pun mini cocok dibawa bepergian, lalu jadilah tampilan make up yang simple tapi tetap fresh.


Hasil Simpel Make Up
Di malam harinya setelah pulang seharian beraktifitas biasanya aku bersihkan make up dengan Make Up Remover Wardah, tapi berhubung make up removernya habis maka aku gunakan Olive Oil Wardah. Olive oil selain digunakan untuk massage dapat digunakan juga untuk membersihkan sisa-sisa make up dan tetap aman karena bahannya 100% minyak zaitun, melembabkan dan tidak membuat wajah jadi kering. Setelah itu aku bersihkan lagi wajahku dengan susu pembersih wardah yang Lightening Milk Cleanser dan kubilas dengan sabun pembersih Wardah Lightening Gentle Wash, busanya lembut dan waktu digunakan tidak terlalu kesat karena mengandung licorice yang melembabkan kulit, sehingga wajahku benar-benar bersih dari sisa make up dan debu jalanan. Setelah selesai membersihkan wajah aku gunakan Wardah Lightening Toner, toner penyegar non-alcohol dengan cara dituang dikapas dan ditepuk-tepuk perlahan ke wajah. Step terakhir aku oleskan krim malam Wardah Lightening Night Cream Step 1. Aku pun siap pergi sholat teraweh dengan wajah yang tetap terjaga segar dan bersih.


Walaupun bulan ramadhan kita tetap dapat terlihat cantik dan segar jika menjalankan pola hidup yang sehat dan menggunakan produk perawatan wajah yang tepat, tapi sebagai umat islam yang baik harus tetap sesuai syariat, maka aku pilih wardah beauty karena bagiku Halal is My Live

Senin, 02 Juni 2014

Warteg Seberang Kampus

Sore itu ada jadwal UTS dikampus, pulang kantor kulirik jam tangan masih tersisa satu setengah jam lagi sebelum UTS dimulai, resiko kuliah malam sehingga ujian pun malam.
 
Turun angkot persis depan kampus, kuputuskan makan di warteg seberang kampus, setelah memesan beberapa menu favorit kusempatkan mengechek beberapa socmed di handphone, beberapa teman kampus bermunculan update sudah standby di kampus untuk mengikuti UTS yang sama. 
 
Pesananku tak lama kemudian datang, aku mulai makan sambil sesekali masih mengechek handphone, kuperhatikan sekeliling warteg ini lengang, hanya aku sendiri yang baru mulai menikmati pesananku, tak lama seseorang datang lalu memesan makanan kemudian pergi dan suasana kembali lengang. 

Perhatianku mulai beralih ke jalan raya di depan warteg, jalanan yang memisahkan warteg ini dengan kampusku, lalu lalang kendaraan yang disinari matahari senja, beranjak terbenam mulai malam. Sejenak kemudian ritme makanku agak mulai perlahan, memoriku berputar ke beberapa waktu sebelum saat ini.

Aku masih ingat waktu pertama kali memesan makan di warteg ini adalah saat awal semester sebagai seorang mahasiswa baru, bersama dengan kekasih baru salah seorang teman baru di kelas baru. Salah satu kenangan bersama ia yang saat ini sudah kusebut mantan kekasih.

Lalu kuingat pernah makan bersama dua orang sahabat, hanya memesan makanan ala kadarnya duduk berjajar satu bangku, membahas tentang kuliah, teman dan tentu saja yang paling hangat adalah bahasan tentang cinta, keduanya setuju kekasihku saat ini tak memancarkan chemistry cinta bila bersamaku, aku tak perduli karena hatiku yang paling tau. Berlanjut dengan bahasan betapa ego salah satu sahabat yang tak mau mengakui bahwa ia sangat menyukai seorang teman lelaki dikelas. Bahasan tak kunjung berakhir walau porsi makan sudah berakhir dan belanjut hanya memesan minum, suasan warteg itu sangat riuh meskipun hanya kami bertiga di warteg itu. Salah satu kenangan bersama sahabat yang saat ini sudah kusebut teman.

Beralih lagi ke suatu kenangan dimana seusai kuliah malam dan aku makan malam dengan seorang kekasih diluar kekasihku saat ini, kenangan lain dengan seorang yang saat ini kusebut dengan teman saja.

Makanan pesananku sudah hampir habis, dan disenja ini baru kusadari, warteg ini masih sama seperti pertama kali aku makan disini, warteg ini juga masih bertempat di seberang kampusku, akan tetapi suasananya yang berbeda, warteg ini hanyalah sebuah warung makan biasa, yang membuatnya berbeda adalah denga siapa aku pernah makan disana, cerita apa yang pernah terjadi disana. Aku merasa lucu dan aneh sekaligus, betapa sebuah tempat dapat membuatmu mengingat, merasa dan memaknai hidup, memaknai orang-orang, mereka yang sempat hadir mengisi hari-hari.

Kusuapkan sisa sendokan nasi terakhirku, kureguk es teh pesananku, melihat sisa lima belas menit waktuku yang tersisa. Kubayar pesananku dan kuberanjak pergi dari warteg seberang kampus.